Saturday, November 26, 2011

Agartha - Peradaban Modern di Inti Bumi

Agartha, umat Hindu menyebutnya Agharthi, merupakan kota dalam legenda yang terdapat di inti Bumi, berhubungan dengan hipotesis Hollow Earth, hipotesis yang menyatakan bahwa ditengah Bumi ini masih terdapat Matahari lain dan peradaban yang lain. Topik berkenaan dengan Agartha ini merupakan subjek yang popular di Esotericism. Agartha, peradaban modern diinti Bumi ini memiliki ibukota yang bernama Shamballah, terkadang dikenal sebagai Forbidden Land, Land of White Waters, Land of Radiant Spirits, Land of Living Fire, Land of Living Gods, dan Land of Wonders. Umat Hindu mengenalnya sebagai Aryavartha ( Land of The Aryans atau Land of the Noble ), tanah dimana munculnya Vedas; Chinese menyebutnya Hsi Tien, Western Paradise of Hsi Wang Mu, the Royal Mother of the West; the Russian Old Believers, Kristiani abad 19 mengenalnya sebagai Belovodye dan orang Kirghiz mengenalnya sebagai Janaidar. Namun, diseluruh Asia lebih dikenal berdasarkan nama Sansekertanya yaitu Shambhala, artinya tempat damai, ketenangan. Peradaban Agartha diceritakan berpopulasi mencapai miliaran dan merupakan peradaban yang paling modern di Bumi. Salah satu kotanya yang terkenal adalah Telos yang terletak di bawah Gunung Shasta


IMAGE 1: Menurut hipotesis Hollow Earth, pintu masuk utama menuju peradaban Agartha adalah melalui Kutub Utara dan Kutub Selatan

IMAGE 2: Peta dari peradaban Agartha serta lorong bawah tanah yang terkoneksi ke Bumi bagian atas


IMAGE 3: Hollow Earth juga kadang dikaitkan dengan Gray Alien


Agartha merupakan topik yang populer di perbincangkan, hingga pada akhir abad keseriusan tentang Agartha berkurang, ditambah lagi dengan teori Hollow Earth yang tidak di support oleh sains modern. Ide dunia bawah tanah ini mungkin terinspirasi dari ajaran agama kuno pada Hades, Sheol, dan Hell. Ferdynand Antoni Ossendowski menulis bukunya berjudul Beasts, Mens, and Gods pada tahun 1920 yang juga mendiskusikan tentang Agartha. Mitos Agartha juga dikenal sebagai Shambhala, dikenal di India, manusia bawah tanah di kepalai oleh the Masters, Master yang merupakan ketua Spiritual kemanusiaan. Menurut Yves Saint-Alexandre d'Alveydre ( 1842-1909 ), dunia misterius Agartha dan segala pengetahuan dan kekayaannya akan dapat diakses oleh seluruh umat manusia ketika agama Kristen hidup dalam perintah-perintah yang telah disusun Musa dan Yesus, artinya bahwa "Ketika Anarki yang ada di dunia kita diganti dengan Synarchy tersebut". Yves memberikan deskripsi yang 'hidup' tentang Agartha seolah-olah peradaban ini memang ada, terdapat di Himalaya, Tibet. Versi Saint Yves tentang sejarah Agartha bersumber dari informasi yang 'terungkap', berarti di dapat Saint Yves sendiri melalui 'penyelerasan'. Saint Yves menciptakan Archaeometre.


Pintu gerbang menuju Agartha adalah sebagai berikut:

  • Kutub Utara
  • Kutub Selatan
  • Gurun Gobi, Mongolia
  • Cave of the oil birds, Ekuador
  • Great Pyramid of Giza
  • Goa Mammoth, Kentucky, USA
  • Manaus, Brazil
  • Mato Grosso, Brazil
  • Gunung Epomeo, Italia
  • Gunung Shasta, Kalifornia ( kota Agartha, Telos )
  • Rama, dekat Jaipur, India
  • Sumur Sheshna di Benares, India ( kota Agartha, Patala )
  • Air terjun Iguazu, Argentina dan Brazil

TEORI AGARTHA

Sumber awal dari kepercayaan terhadap penghuni bawah tanah adalah The Smoky God ( 1908 ) oleh Willis George Emerson ( 1856-1918 ), yang mengklain bahwa buku ini adalah biografi dari pelaut Norwegia bernama Olaf Jansen. Buku tersebut menceritakan bagaimana sang pelaut berlayar masuk ke dalam Bumi melalui pintu gerbang di Kutub Utara. Selama dua tahun ia tinggal bersama penghuni disana yang memiliki tinggi 12 kaki, atau sekitar 3 meter 66 cm dan dunia yang diterangi oleh Matahari pusat yang berasap. Ibukota mereka dikatakan sebagai Taman Eden yang asli, meskipun Emerson tidak menggunakan kata Agartha, namun tulisan selanjutnya berjudul Agartha-Secret of Subterranean Cities mengidentifikasi penghuni yang ditemui Jansen di Agartha dengan sebutan Agarthan. Menurut buku Agartha-Secret, Shambhalla the Lesser, salah satu koloni, merupakan kursi pemerintahan untuk jaringan. Sementara Shambhalla the Lesser merupakan inner continent, koloni satelitnya lebih kecil dan tertutup terletak dibawah kerak Bumi dan gunung. Peristiwa perang yang terjadi di permukaan Bumi membuat mereka turun ke bawah tanah. Perang ini termasuk perang panjang antara Atlantean dan Lemurian dan penggunaan senjata thermonuclear yang akhirnya menenggelamkan dan menghancurkan kedua peradaban yang sangat maju ini.

Gurun Sahara, Gurun Gobi, the Australian Outback dan gurun pasir di barat daya AS merupakan contoh dari kerusakan yang terjadi akibat perang tadi. Sub kota dibangun sebagai tempat mengungsi bagi masyarakat dan tempat aman untuk menyimpan catatan suci, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihargai oleh kebudayaan kuno ini. Dikatakan bahwa kota Lemuria yang berlokasi di Gurun Gobi di Mongolia dihancurkan oleh Atlantis melalui perang dahsyat yang menyebabkan kehancuran Atlantis dan Mu. Mu adalah kota yang megah di permukaan Bumi yang sekarang adalah Gurun Gobi. Kota Mu memiliki dua kota satelit yang bernama Agartha Alpha dan Beta yang selamat dari kehancuran. Penghuni Agartha dikatakan memiliki pengetahuan sains dan kemahiran yang jauh melebihi penghuni permukaan Bumi, teknologi yang hilang dari Atlantis. Penerus dari Lemuria sekarang hidup damai di bawah tanah. Ketua dari negeri ini ( sebutan yang bervariasi yaitu Ascended Masters, Guardian of the Tradition, Pyschoteleios atau Yang Sempurna, Yang Bersinar, the Ancients, the Watchers, the Immortals, the Monitors, the Hidden Directorate, the Children of Seth, dsb ). Tidak ada jalan masuk ke Agartha Alpha dan Beta di daerah lain di planet ini selain Gurun Gobi dan diamankan menggunakan teknologi illusi yang jauh melampaui sains modern. Masyarakat Tibet mengenal kota Agartha sebagai Shambala dan percaya selama berabad-abad dengan keberadaannya sebagai waduk pengetahuan kuno dan teknologi mutakhir. Di Tibet, ada sebuah kuil mistik utama juga disebut Patala. The Old Ones, pada artikel berjudul The Earth Hollow: Mitos atau Realitas untuk Atlantis Rising, Brad Steigers menulis tentang legenda The Old Ones, sebuah ras kuno yang mendiami permukaan Bumi jutaan tahun yang lalu dan kemudian pindah ke bawah tanah.

Steiger menulis "The Old Ones, ras yang sangat cerdas dan maju secara ilmiah telah memilih struktur lingkungan mereka sendiri di bawah permukaan planet dan melengkapi segala kebutuhan mereka. The Old Ones adalah hominid, hidup dengan usia yang panjang, dan pre-date Homo Sapiens selama lebih dari sejuta tahun. The Old Ones umumnya tetap jauh dari orang-orang permukaan Bumi, tetapi dari waktu ke waktu, mereka telah dikenal untuk menawarkan kritik konstruktif, dan sering dikatakan, mereka  sering menculik anak-anak manusia untuk dididik dan dipelihara sebagai milik sendiri".

Menurut Teori Buddha, Agarthans dikenal sebagai para supermen dan superwomen yang sering melihat-lihat perkembangan peradaban manusia yang berada di permukaan Bumi. Dipercaya juga bahwa mereka memiliki sekitar jutaan penghuni dan memiliki banyak kota, ibukotanya adalah Shambala. Filosofi kuno menyatakan bahwa Agartha pertama kali berkoloni ribuan tahun yang lalu pada saat seorang suci memimpin mereka ke bawah tanah. Mereka memiliki pengetahuan sains keahlian yang jauh melampaui penduduk yang tinggal di permukaan. The Ramayana, teks yang paling terkenal yang berasal dari India, menceritakan seorang yang hebat yakni Rama. Dideskripsikan bahwa Rama adalah 'utusan dari Agartha' yang tiba di Vimana. Di India ada kepercayaan kuno yang masih dipegang beberapa orang, adanya ras ular manusia bawah tanah yang tinggal di kota Patala dan Bhogavati. Berdasarkan legenda, mereka berperang dikerajaan Agartha, The Nagas, menurut "The Deep Dwellers", dideskripsikan sebagai ras atau spesies yang sangat maju, dengan teknologi yang sangat maju. Mereka sangat membenci manusia sehingga mereka sering menculik, menyiksa, mengawin silang dan bahkan untuk dimakan. Pintu masuk, sementara pintu masuk untuk menuju Bhogavati ada disuatu tempat di Himalaya, orang yang percaya menegaskan bahwa Patala dapat dicapai melalui sumur Sheshna di Benares, India. kata William Michael Mott dalam "The Deep Dwellers", menurut Herpetologist dan penulis Sherman A.Minton, sebagaimana tertulis dalam bukunya berjudul Venomous Reptiles, pintu gerbang ini sangat nyata, dengan 40 langkah yang turun ke circular depression, untuk mengakhiri di pintu batu yang tertutup yang berelief kobra.




IMAGE 4: Salah satu cuplikan teks India yang terkenal yakni The Ramayana tentang hieroplanes 


SUMBER AGARTHA


  • www.crystalinks.com/hollowearth.html
  • wikipedia.org
  • google.co.id




No comments:

Post a Comment